"Lomba Presentasi UMKM", Wujud Implementasi dan Keberlanjutan Kerja Sama FEB Universitas Narotama Dan Kecamatan Tambaksari
29 Desember 2025, 10:24:12 Dilihat: 69x
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Narotama bekerja sama dengan Kecamatan Tambaksari menyelenggarakan kompetisi presentasi UMKM pada Senin, 22 Desember 2025, bertempat di Universitas Narotama. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pembinaan UMKM yang berkelanjutan di wilayah Kecamatan Tambaksari.
Dekan FEB Universitas Narotama, Dr. Agus Sukoco, S.T., M.M, menjelaskan bahwa kegiatan ini berawal dari proses pendampingan terhadap 150 UMKM binaan Kecamatan Tambaksari. Dalam proses tersebut, FEB memberikan pembinaan menyeluruh terkait manajemen UMKM, meliputi manajemen pemasaran, manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia (SDM), dan manajemen produksi. Pada periode ini, fokus utama pembinaan diarahkan pada manajemen pemasaran dan manajemen keuangan.
“Dari 150 UMKM yang dibina, kami melakukan seleksi dan menetapkan 20 UMKM nominasi yang dinilai layak untuk mengikuti kompetisi presentasi,” ujar Dr. Agus.
Tahapan penilaian diawali dengan penyusunan company profile UMKM, yang mencakup identitas usaha, pendiri dan pengelola, alamat, legalitas usaha, visi dan misi, rencana usaha, serta laporan keuangan. Dari kualitas dan kelengkapan company profile tersebut, tim penilai menyaring peserta dari 150 UMKM menjadi 20 UMKM terbaik.
Selanjutnya, 20 UMKM tersebut mengikuti presentasi usaha, yang dinilai berdasarkan:
Kualitas dan isi company profile,
Kemampuan presentasi, dan
Kemampuan menjawab pertanyaan serta verifikasi dari tim penilai.
Proses penilaian dilakukan sepenuhnya oleh dosen-dosen FEB Universitas Narotama.
Para peserta dibagi ke dalam dua grup, masing-masing terdiri dari 10 UMKM, dengan tiga dosen penilai di setiap grup. Selain itu, mahasiswa FEB dilibatkan secara aktif untuk mendampingi UMKM, baik dalam penyusunan materi presentasi maupun saat pelaksanaan presentasi.
Dr. Agus menuturkan bahwa antusiasme peserta sangat tinggi. Bahkan, terjadi peningkatan signifikan dari sisi tampilan dan kesiapan usaha UMKM dibandingkan saat pembinaan di tingkat kecamatan.
“Ketika presentasi di kampus, tampilannya luar biasa. Mereka tidak hanya mempresentasikan usaha, tetapi juga membawa contoh produk. Secara keseluruhan, produk mereka sudah menarik dan layak masuk ke minimarket,” jelasnya.
Namun demikian, masih terdapat beberapa aspek yang perlu dilengkapi, seperti sertifikasi halal dan izin PIRT. FEB Universitas Narotama berkomitmen untuk mendampingi UMKM dalam pemenuhan legalitas tersebut pada tahun 2026.
Untuk kompetisi ini, akan dipilih Juara 1 dan Juara 2, yang pengumumannya direncanakan pada Januari 2026 oleh pihak Kecamatan Tambaksari.
Lebih lanjut, FEB Universitas Narotama dan Kecamatan Tambaksari telah merancang program lanjutan di tahun 2026. Salah satunya adalah pemberian bantuan peralatan usaha dari kecamatan kepada UMKM baru, seperti rombong dan alat produksi. FEB akan berperan aktif dalam pendampingan berkelanjutan, dengan menugaskan mahasiswa untuk memastikan UMKM yang telah dibantu dapat berkembang secara optimal.
Model Pengembangan UMKM dan Perluasan Wilayah Kecamatan Tambaksari diproyeksikan menjadi model pengembangan UMKM berbasis pendampingan kampus. Pertumbuhan UMKM akan diukur secara konkret melalui peningkatan omzet harian dan bulanan. Apabila model ini terbukti efektif, FEB Universitas Narotama membuka peluang untuk mereplikasi program ke kecamatan lain, seiring adanya permintaan dari sejumlah alumni Magister Manajemen yang kini menjabat sebagai camat.
Dr. Agus menegaskan bahwa kepedulian FEB Universitas Narotama terhadap UMKM sejalan dengan fokus universitas pada pengembangan bisnis dan kewirausahaan.
“UMKM memiliki kontribusi besar bagi masyarakat, terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi juga praktik langsung di lapangan,” tegasnya.
Ke depan, FEB berencana membentuk skema pendampingan di mana setiap tiga mahasiswa akan mendampingi satu UMKM selama satu semester. Dengan demikian, mahasiswa memiliki “laboratorium ganda”, yakni laboratorium akademik di kampus dan laboratorium praktik di dunia usaha.
“Harapannya, mahasiswa tidak hanya siap bekerja, tetapi juga mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Ini sejalan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian dalam mencetak entrepreneur,” pungkas Dr. Agus.